Gaya
Tari Topeng Cirebon
Mengenai jenis tarian ini, seperti yang telah
disebutkan diatas bahwa baik Tari maupun Topeng Cirebon telah dibagi menjadi
lima yang utama.
Jenis-jenis ini dikenal dengan Panca Wanda
atau lima rupa, diantaranya Tari Topeng Kelana, Tari Topeng Tumenggung, Tari
Topeng Rumyang, Tari Topeng Samba dan Tari Topeng Panji. Kelima tarian ini
mewakili perwatakan manusia.
Adapun mengenai gaya tarian, Tari Topeng
Cirebon memiliki beberapa gaya tari yang telah diakui secara adat. Gaya-gaya
ini berasal dari desa-desa asli yang melahirkan tarian topeng atau juga dari
desa lain yang menciptakan gaya baru yang secara adat diakui berbeda dengan
gaya lainnya.
Perbedaan gaya tari di masing-masing desa
umumnya disebabkan oleh adanya penyesuaian selera penikmat dengan nilai estetik
gerak tarian diatas panggung. Berikut ini adalah penjelasan singkat mengenai
gaya tari dari Topeng Cirebon :
- Gaya Beber
Tari ini lahir sejak abad ke-17 Masehi di
desa Beber, Ligung, Majalengka, Jawa Barat. Menurut ahli dalang, gaya tarian ini
pertama kali dibawa ke desa Beber oleh seniman dari Gegesik, Cirebon.
Babak yang termuat dalam gaya tari ini
meliputi Panji, Samba, Temenggung, Jinggananom dan Temenggung, Klana dan
Rumyang. Biasanya dipentaskan malam hari dengan Tari Topeng Rumyang di pertunjukkan
mendekati terbitnya matahari.
- Gaya Brebes
Dalam Babad Tanah Losari, gaya tari ini
dimulai dari pindahnya Pangeran Angkawijaya ke Losari, Brebes. Pindah dari
Kesultanan Cirebon untuk menghindari konflik internal serta kehidupan keraton
yang serba gemerlapan.
Di daerah yang baru tersebut, sang pangeran
mengembangkan bakat seninya, hingga terciptalah gaya tarian ini. Selain alur
cerita, kekhasan tari ini adalah banyaknya pengaruh kebudayaan Jawa.
- Gaya Palimanan
Gaya ini tersebar di sekitaran wilayah
Palimanan, Cirebon. Tetaluan (tabuh gamelan) di setiap babak berbeda dalam gaya
ini.
Kembang Sungsang untuk babak Panji, Gaya-Gaya
untuk babak Samba, Malang Totog untuk babak Tumenggung, Bendrong untuk babak
Jingga Anom dan babak Klana Udeng. Ada juga Gonjing untuk babak Klana serta
Kembang Kapas untuk babak Rumyang.
Untuk tetaluan gaya ini lebih mirip dengan
gaya Gegesik, sementara gerakan mirip dengan gaya Losari.
- Gaya Gegesik
Daerah penyebaran gaya ini ada di sekitaran
Gegesik, Cirebon. Kekhasan Tari Topeng Gaya gegesik terlihat di raut
karakteristik topengnya. Terutama Topeng Panji yang berwarna putih dengan raut
tenang, mata sipit merunduk tajam, hidung mancung, serta senyum terkulum.
Perubahan gaya ini mulai kentara sejak
1980-2000. Pada masa itu, pertunjukan topeng sering dicampur dengan dangdut
sehingga disebut juga Topeng-Dangdut. Pada Tari Topeng Cirebon gaya Gegesik
yang paling terlihat berbeda adalah raut karakteristik Topengnya.
- Gaya Celeng
Gaya ini mewakili tari topeng yang berpusat
di dusun Celeng, Loh Bener, Indramayu. Pertama kali dibawa oleh Ki Kartam yang
seorang ahli dalang dari Majakerta.
Meskipun tetap memiliki kekhasan tersendiri,
gaya ini memiliki kesamaan dengan gaya lainnya. Termasuk lagu dan musik
pengiring yang mirip dengan yang ada di gaya Gegesik dan Slangit. Kemiripan
lain juga pada gerak tari yang mendekati gerakan pada gaya Pekandangan.
- Gaya Cipunegara
Gaya ini tersebar di perbatasan Indramayu,
mulai dari Pegaden hingga kebantaran sungai Cipunegara. Dikenal juga sebagai
Tari Topeng Menor karena kemerduan dan kecantikan penarinya.
Selain itu, juga dikenal sebagai Tari Topeng
Jati karena salah satu pusat gaya ini ada di desa Jati, Cipunegara, Subang.
Salah satu yang menarik dari gaya ini adalah pengantar menggunakan bahasa
Sunda, bukan bahasa Cirebon.
Selain yang telah disebutkan masih banyak
lagi gaya Tari Topeng Cirebon, termasuk gaya Cibereng, Gujeg, Kalianyar, Kreyo,
Losarang, Pekandangan, Randegan, Slangit dan lain sebagainya.
Komentar
Posting Komentar