Seperti
disebut dalam kesejarahan tari ini, awalnya Tari Topeng Cirebon lebih
dikonsentrasikan di lingkungan keraton. Seiring perkembangannya, lama-kelamaan
kesenian ini kembali, melepaskan diri dan dianggap sebagai rumpun tari yang
berasal dari tarian rakyat.
Sementara
itu, karena pada masa Islam tari ini lebih diupayakan untuk penyebaran agama,
maka dikemaslah pertunjukan ini menjadi bermuatan filosofis dan berwatak atau
wanda.
Pengemasan
yang dimaksud adalah lebih menggambarkan ketakwaan dalam beragama serta
tingkatan sifat manusia, diantaranya sebagai berikut :
1. Makrifat (Insan Kamil) :
Tingkatan tertinggi manusia dalam beragama dan sudah sesuai dengan syariat
agama.
2. Hakikat : Pengambaran manusia yang
berilmu, sehingga telah faham mana yang menjadi hak seorang hamba dan mana yang
hak sang Khalik.
3. Tarekat : Gambaran manusia yang telah
hidup dengan menjalankan agama dalam perilaku kehidupannya sehari-hari.
4. Syariat : Sebagai gambaran manusia yang
memulai untuk memasuki atau baru mengenal ajaran Islam.
Sebagai
hasil budaya, Tari Topeng Cirebon mengusung nilai hiburan yang mengandung
pesan-pesan terselubung. Unsur-unsur yang terkandung mempunyai arti simbolik
yang bila diterjemahkan sangatlah menyentuh berbagai aspek kehidupan, sehingga
juga memiliki nilai pendidikan.
Aspek
kehidupan dalam hal ini sangatlah bervariasi, termasuk kepribadian,
kepemimpinan, cinta, angkara murka, serta penggambaran hidup manusia sejak
lahir hingga dewasa.
Komentar
Posting Komentar